REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di sungai, umat Islam juga membangun peradaban untuk menopang kelancaran lalu lintas di air. Pada buku Daily Life in the Medieval Islamic World, James E Lindsay menyampaikan bukti bahwa peradaban Islam muncul di sana.
Ini terbukti dengan adanya bangunan kanal-kanal besar yang juga berfungsi menjadi jalur transportasi air. Ia menyebutkan, ada empat kanal yang menghubungkan Sungai Eufrat dan Tigris.
Kanal itu adalah Sarat, Nagrawan, Wasit, dan Jazira. Hal senada disampaikan Tamim Ansary. Tigris dan Eufrat membelah Kota Baghdad, airnya dialihkan melalui jaringan kanal yang memungkinkan perahu-perahu berfungsi, seperti bus kota sehingga mirip di Venezia, katanya lewat karyanya Dari Puncak Baghdad Sejarah Dunia Versi Islam.
Ia juga menggambarkan kondisi di kedua sungai besar itu. Terdapat sebuah pelabuhan besar di masing-masing sungai. Keduanya membuka arah ke Samudera Hindia. Demikian pula, kemudahan akses transportasi darat di setiap sisi sungai. Kapal-kapal dan kafilah silih berganti keluar dan masuk ke kota setiap hari.
Alat-alat transportasi yang tersedia, mengangkut barang dan para pedagang dari bagian dunia lain, seperti Cina, India, Afrika, dan Spanyol. Situasi serupa terjadi di sepanjang Sungai Nil. Setiap hari ratusan kapal dagang dan transportasi melintasi sungai itu, serta membuang sauh di pelabuhan Fustat.
James E Lindsay menuturkan, kapal-kapal berukuran cukup besar biasanya digunakan untuk mengangkut orang dan barang. Kapal dengan ukuran kecil digunakan untuk angkutan lokal. Kapal yang melintasi Sungai Nil, sebagian besar mengarah ke utara, yaitu Pelabuhan Alexandria atau Damieta.
Kapal-kapal lainnya berlayar ke selatan menuju Aswan. Terutama untuk mengambil bahan-bahan dagangan para kafilah dari gurun untuk dibawa ke pelabuhan Aydhab di Laut Merah. Pun ada kapal dari dan ke Laut Mediterani, yang membawa dagangan ke luar negeri.
Tak hanya itu, kapal tersebut menjadi angkutan jamaah haji dan penumpang, baik Muslim, Nasrani, maupun Yahudi. Kapal-kapal itu tidak semua berbendera Islam, ada pula yang berasal dari negara asing. Misalnya dari Yunani, Bizantium, Frank (Prancis), serta Venezia, Italia.
Pada sekitar abad ke-11 dan ke-12, kegiatan dagang antara dunia Islam dan Barat mulai dikembangkan meskipun sedang berkecamuk Perang Salib. Ribuan tahun sebelumnya, masyarakat kuno mulai dari bangsa Messinia telah memanfaatkan Sungai Nil untuk berbagai keperluan.
Secara turun-temurun, masyarakat membangun permukiman di sisi sungai sepanjang 6.650 kilometer itu. Herodotus, seorang sejarawan klasik Yunani, mengatakan, Sungai Nil telah berjasa membangun peradaban Mesir. Menurut dia, Mesir memperoleh karunia terbesar dari keberadaan Sungai Nil.
Fungsi yang tak kalah penting disandang oleh Sungai Barada yang berada di kawasan Kota Damaskus. Wilayah Suriah merupakan pusat produksi aneka barang kerajinan, begitu pula aneka bahan pertanian dan perkebunan. Seperti kapas, gula, padi, kurma, kain sutera, dan karpet.
Sebagian dagangan itu disalurkan ke wilayah-wilayah Islam lain lewat jalan darat ataupun sungai. Kesibukan di Sungai Barada, berbuah pertumbuhan ekonomi di Damaskus hingga mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah.
Sementara di Palestina, adanya Sungai Jordan yang melintasi sejumlah wilayah sampai ke Laut Mati juga cukup signifikan untuk transportasi sungai, dalam memperlancar lalu lintas manusia dan mendukung perekonomian kawasan.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Qb5JBQBagikan Berita Ini
0 Response to "Bukti Umat Islam Juga Bangun Peradaban di Sungai"
Post a Comment