REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penurunan jumlah kasus demam berdarah (DBD) di Kabupaten Sleman, DIY, memang sangat baik. Tapi, potensi terjadinya kasus-kasus DBD masih tinggi, mengingat Sleman secara khusus dan DIY secara umum baru akan masuki musih hujan.
Jumlah kasus Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Sleman terus menurun, setidaknya dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Pada 2016, terdapat 880 kasus DBD dengan angka kematian sembilan orang.
Kemudian, pada 2017 jumlah kasusnya berkurang 50 persen lebih yaitu 427 kasus dengan angkat kematian tiga orang. Sedangkan, sepanjang tahun ini baru ada 97 kasus tanpa ada kasus kematian.
Angka itu disampaikan Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Dulzaini, saat pantauan jentik berkala. Namun, ia mengingatkan agar masyarakat tetap waspada.
Sebab, ancaman DBD masih tinggi mengingat musim hujan belum terjadi di sebagian besar daerah DIY. Belum lagi, Sleman memiliki siklus kenaikan empat tahunan kasus DBD secara signifikan.
Terakhir, siklus itu terjadi pada 2016 lalu, atau berpotensi terjadi pada 2019 mendatang. Dulzaini mengingatkan, siklus ini sudah berulang kali terjadi sampai tiga kali setiap empat tahun.
"Kita bisa katakan seperti ini karena kita punya data, kita prediksikan siklus ini jatuh pada 2019 nanti," kata Dulzaini di Dukuh Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.
Tapi, ia menegaskan, semua itu bisa diantisipasi dengan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman sendiri miliki Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD.
Pelaksanaannya dibantu Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk melakukan pantauan jentik berkala. Hal itu bertujuan memonitor keberadaan jentik nyamuk di rumah-rumah masyarakat.
Sekaligus, lanjut Dulzaini, mendapatkan data terkait angka bebas jentik dari daerah-daerah target. Karenanya, ia berharap masyarakat memahami pentingnya dilakukan pantauan jentik di rumah-rumah masyarakat.
"Bukan untuk menjelek-jelekkan, tapi agar menjadi motivasi dan cerminan, sehingga kita bisa mengambil langkah antisipasi selanjutnya," ujar Dulzaini.
Pada kesempatan itu, dilakukan pantauan jentik berkala kepada 152 rumah di Dukuh Kadisoka yang dilakukan monitoring. Dari sana, didapati 34 rumah yang positif terdapat jentik nyamuk.
Dengan begitu, angka bebas jentik di Dukuh Kadisoka mencapai 77,6 persen. Sebelumnya, Pokjanal DBD Sleman telah mnoitoring ke Kecamatan Gamping dan Kecamatan Ngaglik.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Novita Krisnaeni menuturkan, pantauan memang akan terus dilakukan dalam rangka program pemberantasan sarang nyamuk.
Ia berharap, program dapat dilaksanakan setiap pekan untuk melakukan pemantauan jentik ke rumah-rumah. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman telah pula menggandeng kampus-kampus salah satunya Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kerja sama utamanya dilakukan untuk menginisiasi penggunaan bakteri alami Wolbachia demi menghambat perkembangan virus dengue di dalam rubuh betina. Sehingga, telur yang dihasilkan tidak lagi mengandung virus demam berdarah.
"Telur ini yang kemudian disebar ke rumah penduduk, meski masih taraf penelitian hasilnya diharapkan bisa menjadi rujukan dalam usaha pengurangan kasus demam berdarah di Sleman," kata Novita.
Untuk Jumat mendatang, pantauan jentik berkala akan dilakukan di Kecamatan Depok dan Kecamatan Moyudan. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman telah pula melakukan jaki banding ke Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Hal itu dikarenakan Kota Semarang dianggap telah berhasil menurunkan angka korban DBD secara signifikan. Karenanya, secara bertahap akan diadopsi sejumlah metode yang diterapkan di Kota Semarang.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2EUWcxUBagikan Berita Ini
0 Response to "Masyarakat Diminta Waspada DBD Jelang Musim Hujan"
Post a Comment