Search

Penderitaan adalah Kasih Sayang yang Menyamar

Cara Jalaluddin Rumi mencintai Allah bukan sekadar teori.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Cara Jalaluddin Rumi mencintai Allah bukan sekadar teori. Rumi telah masuk ke dalam gua yang dialaminya sendiri sehingga muncul inspirasi dari Allah SWT. Puisi-puisi Rumi memberikan gambaran tentang betapa manusia harus melalui penderitaan terlebih dahulu untuk bersatu dengan Cinta yang Sejati, yakni Allah.

Ustaz Pardamean Harahap dalam kajian membahas Jalan Cinta Rumi di Jakarta, belum lama ini, menggambarkan jalan cinta Rumi sebagai suatu yang mengerikan untuk didalami. Jika sudah masuk ke dalam makna hakikat puisi Rumi, pembaca harus bersiap untuk mengalami makna cinta, yang berarti harus melalui kesakitan dan pederitaan terlebih dahulu.

Bang Dame, sapaan Ustaz Pardamean, pun mengutip salah satu puisi Rumi; "Dengarkanlah nyanyian seruling bambu itu, betapa ia mengadu keluh karena terusir dari kampung halaman".

Puisi tersebut bermakna, jiwa kita yang menderita itu adalah seruling bambu. "Jadi, Rumi mau sampaikan: wahai para pederita, kamu adalah kekasih-Nya, keluhanmu itu adalah panggilan sang kekasih," kata Bang Dame.

Bagi Rumi, menderita itu asyik karena merupakan panggilan. Bagi Rumi, ujar Bang Dame, penderitaan adalah kasih sayang Allah yang tengah menyamar. Sebab, di saat menderita, ia telah dipanggil Sang Kekasih. Sampai pada akhirnya, Rumi hanya mengeluarkan suara hatinya yang bersumber dari Sang Allah.

Rumi mengajarkan manusia untuk menyentuh dia. Dalam menjalani kehidupan dan berhadapan dengan apa pun, manusia tidak mungkin takut salah dan berbohong. Yang ada hanya kejujuran, sebab bukan cinta kalau tidak jujur. "Rumi seperti meyuarakan sekian juta manusia yang menjerit, intisari penderitaan ditampung olehnya, dan dia suarakan lewat puisi," ujar dia.

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2Wlvo2d

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Penderitaan adalah Kasih Sayang yang Menyamar"

Post a Comment

Powered by Blogger.