REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof H Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal
Dalam perspektif tasawuf, keberadaan wujud (maujud/existence) dikenal ada dua jenis, yaitu wujud keberadaan alam bawah atau bumi (al-'alam alsufla/ celestin stage) dan alam atas atau langit (al-'alam al-'ulya/celestrial stage). Manusia sebagai bagian dari alam semesta, tentu mengenal dua tempat tersebut. Perjalanan manusia mengikuti proses kehadiran lima eksistensi (alhadharat al-khamsah), yakni dari ahadiyyah, wahidiyyah, alam jabarut, alam malakut, dan alam syahadah.
Manusia dan segala sesuatu yang berasal dari wujud atas ke wujud bawah akan terus berusaha kembali naik ke wujud atas (min al-wujud al-'ulya ila alwujud al-sufla, ila al-wujud al-'ulya); dari wujud batin ke wujud zahir, kemudian berusaha kembali ke wujud batin (min al-bathin ila al-dhahir ila albathin); dari wujud universal-kolektif ke wujud partikular kemudian berusaha kembali ke wujud universal-colective (min al-ijmal ila al-tafshil, ila al-wujud al-ijma'); dari wujud kesatuan ke wujud tafsili, ke wujud kesatuan (min al-wujud al-qur'aniyyah ila al-wujud alfurqaniyyah, ila wujud al-Qur'aniyyah); dari wujud kesatupaduan ke wujud yang banyak dan kembali ke wujud yang utuh dan kuat kembali (min al-wujud aljam'ah ila al-wujud al-katsrah, ila alwujud al-jam'ah); dari wujud hadharah 'ainiyyah ke wujud al-hadharat al- 'ilmiyyah dan kembali lagi ke wujud alhadharat al'ainiyyah.
Manusia pasti rugi dan menyesal kalau mereka hanya lancar terjun ke bawah, tetapi sulit mendaki ke atas, yang menjadi adres setiap umat manusia. Manusia memerlukan sejumlah kebiasaan dan spiritual training lebih positif, serta amal sosial lainnya jika ia ingin kembali ke kampung halaman spiritualnya di sana.
Tentu saja hal ini tidak gampang karena manusia itu bagaikan sudah tersandera dengan berbagai daya tarik bumi dan selera rendah lainnya. Banyak pintu yang bisa dilewati kembali ke kampung halaman rohani kita.
Berikut ini, ada 30 pintu dapat digunakan kembali ke pangkuan halan semula. Barang siapa yang mampu mengikuti semaksimal mungkin salah satu atau beberapa di antaranya, sudah barang tentu akan meraih kesenangan dan ketenangan.
Barang siapa yang melakukan kebalikannya, sudah barang tentu juga akan merasakan penderitaan, setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya. Cukup banyak ayat Alquran yang mengisyaratkan peta perjalanan spiritual anak manusia dari langit, turun ke bumi, lalu berusaha kembali ke kampung halaman spiritualnya.
Kita berasal dari Allah SWT, lalu jatuh ke bumi penderitaan kemudian akan kembali lagi ke pangkuan-Nya, sebagaimana potongan ayat yang sering kita sampaikan jika ada keluarga dan teman dekat kita mengalami musibah atau kecelakaan.
Ayat tersebut ialah, "Alladzi iza ashabatkum mushibah qalu Inna lillah wa inna ilaihi raji'un." (Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Kita dari Allah dan akan kembali kepada-Nya." (QS al-Baqarah [2]: 156).
Upaya menemukan jalan kembali ke hadirat-Nya, tidak cukup ditempuh hanya dengan keinginan melainkan diperlukan pemahaman mendalam (makrifat), latihan dan perjuangan spiritual (mujahadah).
Selain itu, kita juga dituntut untuk menghindarkan diri dari berbagai jalan yang menghambat pencarian kita, yaitu apa yang menjadi kebalikan dari 30 pintu kemuliaan itu. Semoga pintu-pintu tersebut bisa lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya. Allahu a'lam.
from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2IYfq6JBagikan Berita Ini
0 Response to "Makna Pintu-Pintu Langit"
Post a Comment