REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdillah
Saat ini, media sosial telah menjadi alat nyata untuk menyampaikan berita. Media sosial telah menyediakan ruang tanpa batas bagi semua kalangan untuk menyebarkan informasi atau menerimanya. Namun sayangnya, banyak orang menggunakan media daring untuk hal-hal yang negatif dan sering kali menampilkan banyak berita yang berbeda dengan kenyataan atau istilah sekarang disebut hoaks.
Fenomena sekarang, dosa lisan diterjemahkan dalam bentuk tulisan. Banyak informasi yang menyampaikan kabar buruk, mengadu domba, fitnah, dan hinaan. Hal ini dapat kita temukan di Facebook, Twitter, Whatsapp, dan Youtube. Misalnya, sebuah tulisan atau video yang telah ditambahi atau bahkan dikurangi disebarkan di media sosial. Akhirnya, hal tersebut menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat.
Sebagai Muslim, kita seyogianya bijak dalam menggunakan media daring serta berhati-hati dalam menyebarkan informasi di dalamnya. Kita harus meneliti dan mengecek tentang kebenaran setiap berita yang datang.
Karena bisa jadi sebuah informasi yang didapatkan adalah tentang kebohongan atau hoaks yang sengaja disebarkan oleh kelom pok tertentu untuk membuat keheboh an. Seseorang bisa disebut pendusta jika tergesa-tergesa dalam menyampaikan kabar berita kepada orang lain tanpa adanya bukti. Mengenai hal ini, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Cukup seseorang dikatakan berdusta, jika ia menceritakan segala apa yang didengar." (HR. Muslim).
Dusta adalah menyampaikan satu berita atau satu cerita yang tidak benar kepada orang lain. Setiap informasi yang kita dapat dari media sosial belum tentu kebenarannya. Kalaupun benar, mungkin bisa jatuh pada dosa mengumpat karena sengaja membuka aib orang lain serta memberikan ruang untuk yang lainnya agar ikut memberitakan atau hanya mengomentari.
Untuk menghindari kegaduhan di masyarakat serta demi keselamatan diri pribadi, maka diam, dalam artian tidak mudah menyebarkan setiap informasi yang tidak jelas asal usulnya, adalah lebih baik. Berkaitan dengan hal ini Nabi bersabda: "Barang siapa yang diam, dia selamat." (HR Tirmidzi).
Kewajiban kita ketika memperoleh informasi terlebih dahulu tabayun atau melakukan penelitian secara cermat dan teliti terhadap sebuah berita yang datang. Menurut Imam al-Syaukani, yang dimaksud dengan tabayun adalah memeriksa dengan teliti, berhati-hati dan tidak tergesa-gesa, melihat dengan keilmuan yang dalam terhadap sebuah peristiwa atau kabar berita yang datang. Sehingga hal tersebut menjadi jelas baginya.
Sikap teliti terhadap sebuah informasi menjadi sebuah keharusan untuk umat Islam agar tidak mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Tergesa-gesa dalam menyampaikan berita akan merusak tatanan sosial.
Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Jika seorang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencela kakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (QS al-Hujurat: 6). Wallahu a'lam.
from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2U50Uv9Bagikan Berita Ini
0 Response to "Teliti dalam Menerima Informasi"
Post a Comment