REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengingatkan pemerintah daerah dan warga untuk mewaspadai perkembangan nyamuk penular Deman Berdarah Dengue (DBD) di lingkungan permukiman mewah. Lingkungan permukiman mewah yang umumnya bersih juga memiliki ceruk dan celah, serta tempat-tempat berisi air bersih yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan Aedes aegypti, vektor demam berdarah dengue.
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat IAKMI Husein Habsyi menjelaskan nyamuk penular virus dengue itu biasanya bertelur di tempat-tempat yang tidak disadari warga. Termasuk bagian dispenser air dan talang air.
"Itu yang perlu ditekankan untuk kampanye publik. Mencari jentik nyamuk demam berdarah dengue bukan di selokan, tapi cari di air bersih di rumah," kata Husein, yang juga dosen ilmu kesehatan masyarakat di Universitas Indonesia, Selasa (27/2).
Dia menambahkan asumsi bahwa permukiman mewah bersih dan bebas penyebaran demam berdarah juga membuat kawasan itu kadang tidak masuk dalam jangkauan petugas pemantau jentik, yang jumlahnya terbatas. Padahal pemantauan jentik penting dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk.
Husein juga menyoroti program pengasapan menggunakan insektisida di permukiman warga untuk memberantas nyamuk penular penyakit demam berdarah. "Yang diasap kan di selokan tetapi sebenarnya tidak efektif karena nyamuk tidak hidup di air keruh. Kalau tujuannya mematikan nyamuk, bukan di sana tetapi betul-betul masuk di rumah dan disemprot," kata lulusan program magister kesehatan masyarakat di salah satu kampus di Australia itu.
Di wilayah Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, aparat pemerintah dalam menjalankan program pemberantasan sarang nyamuk juga berusaha menjangkau daerah permukiman elite. "Sekarang, dengan giatnya Jumantik melakukan pemeriksaan, maka tidak ada DB di sini," kata Ketua Rukun Warga 02 Gondangdia Ronny Wongkar, menambahkan belum ada laporan kejadian DBD di wilayahnya sepanjang awal tahun ini.
Ronny menjelaskan para juru pemantau jentik (Jumantik) biasanya langsung mendatangi langsung rumah warga untuk mengecek jentik nyamuk. Termasuk rumah-rumah yang ada di permukiman mewah.
Namun ada beberapa rumah di permukiman mewah yang tidak dihuni atau dikosongkan oleh pemiliknya karena akan dijual. Rumah-rumah kosong itu, menurut Ronny, menjadi perhatian aparat pemerintah dari level RT dan RW hingga kelurahan.
Menurut dia, aparat pemerintah biasanya menghubungi pemilik rumah kalau hendak memantau jentik atau upaya pemberantasan sarang nyamuk yang lain. "Kalau fogging diatur oleh Puskesmas Kecamatan Menteng, tetapi itu dikerahkan kalau termasuk kejadian luar biasa," katanya.
Husein menekankan pentingnya kegiatan pemberantasan sarang nyamuk serentak dalam satu kawasan secara rutin dan berkelanjutan untuk mencegah penularan demam berdarah dengue.
Gerakan 3M Plus dinilai efektif untuk memberantas sarang nyamuk. Gerakan ini antara lain meliputi kegiatan menguras tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air; menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air; dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
Kegiatan lain dalam gerakan 3M Plus mencakup penaburan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan; penggunaan obat anti-nyamuk; penggunaan kelambu saat tidur; pemeliharaan ikan pemangsa jentik nyamuk; dan penanaman tanaman pengusir nyamuk.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2SrXQIBBagikan Berita Ini
0 Response to "Perumahan Mewah Justru Digemari Nyamuk Demam Berdarah"
Post a Comment