REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meresmikan Kewirausahaan Popwarung bagi 10 mantan narapidana (napi) kasus terorisme dan korban terorisme di Solo Raya. Peresmian dilakukan di rumah salah satu warga binaan di Desa Manang, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (30/11).
Sepuluh orang tersebut merupakan warga binaan Subdit Bina Masyarakat BNPT dan Subdit Pemulihan Korban Aksi Terorisme.
Direktur Perlindungan BNPT, Brigjen Pol Herwan Chaidir, mengatakan, 10 titik popwarung di Solo Raya tersebut menjadi percontohan nasional. Sejak 2002, lebih dari 1.500 orang yang ditangkap dalam kasus tindak pidana terorisme. Mereka ditahan kemudian dikenakan proses hukum. Dari jumlah tersebut, banyak yang sudah kembali ke masyarakat. BNPT telah melakukan pendataan mantan napi terorisme dan korban (penyintas). Jumlahnya mencapai sekitar 1.000 orang.
Herwan menjelaskan, tujuan awal dari program tersebut BNPT ingin mengawal mantan napi kasus terorisme yang sudah kembali setelah selesai melaksanakan hukuman dari lapas. Mereka harus memulai dari nol lagi untuk membangkitkan perekonomian keluarga. Para mantan napi tersebut ada yang dihukum lima tahun, 10 tahun bahkan 15 tahun.
"Banyak yang perlu kita bangkitkan dari sisi ekonomi mereka supaya punya pegangan hidup. Kalau tidak punya pegangan hidup gampang sekali terpengaruh paham-paham radikal," terang Herwan di acara tersebut.
Menurut Herwan, Popwarung menjadi salah satu solusi untuk menggeliatkan lagi kehidupan para mantan napi dan penyintas. Dia berharap, dari 10 percontohan tersebut bisa berkembang menjadi 20, 30 dan seterusnya.
Herwan menambahkan, dengan cara pemberdayaan ekonomi Popwarung tersebut, BNPT melatih para mantan napi mengenai kewirausahaan. BNPT berusaha agar para mantan napi saat kembali ke masyarakat memiliki keterampilan untuk mencukupi kehidupan mereka.
Sebelumnya, selama di lapas, BNPT kerap mengunjungi para napi. Kemudian, empat sampai lima bulan sebelum mereka dibebaskan, BNPT mengumpulkan para napi untuk diberikan pelatihan.
"Mudah-mudahan dengan adanya launching ini kiranya program ini dapat membantu pemerintah dan memberikan rasa ketenangan batin kepada para ikhwan dan penyintas," harap Herwan.
Head of Bussinees Development Popwarung, Dianri Taufik, mengatakan, Popwarung bekerja sama dengan BNPT meresmikan proyek percontohan 10 popwarung di Solo Raya. Bisnis Popwarung yang dijalankan sejak Mei 2018 telah berkembang menjadi sebanyak 107 kios di Jabodetabek. Solo menjadi area pertama pengembangan di luar Jabodetabek.
Taufik menyatakan, sebelumnya, para mantan napi dan penyintas telah diberikan pelatihan. Pelatihan tersebut berupa SOP sebelum membuka warung. Dimulai dari training kewurausahaan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahan. Kemudian SOP dari operasional teknologi dan pengelolaan warung. Operasional warung menggunakan teknologi digital.
"Teknologi seperti kasir dengan menggunakan tablet ada printer dan free wifi. Semuanya dilakukan oleh aplikasi mulai dari daftar barang, penjualan, isi pulsa, bayar listrik, dan lainnya," paparnya.
Taufik menargetkan, sampai akhir 2019 Popwarung bisa membuka 1.000 kios di seluruh Indonesia. Sedangkan sampai akhir 2018 hanya ditargetkan 120 kios.
Salah satu warga binaan Subdit Bina Masyarakat BNPT, Joko Triharmanto, mengucapkan terima kasih kepada BNPT dan Popwarung yang telah memberikan fasilitas, membantu dan memberikan solusi ekonomi.
"Karena selama ini kami sudah banyak mencoba kembali ke masyarakat. Banyak kendala juga. Alhamdulillah hari ini dengan Popwarung InsyaaAllah ekonomi akan lebih baik," harap Joko.
Joko menyatakan, teman-temannya di Solo Raya yang tertarik membuka Popwarung sekitar 30 orang. Menurutnya, para ikhwan-ikhwan tersebut banyak yang kembali ke aktivitas sebelumnya, seperti tukang parkir, jasa perpanjangan SIM maupun mengelola pertanian.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2AAhUBUBagikan Berita Ini
0 Response to "BNPT Berdayakan Mantan Napi Terorisme di Solo Raya"
Post a Comment