REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Rizky Suryarandika Adinda Pryanka
Ketika meninggalkan dunia fana di Singapura dalam usia 88 tahun, Rabu (27/11) dini hari, Ciputra meninggalkan warisan yang tak sedikit. Dari sisi nominal, jumlah kekayaan yang berhasil ia himpun bersama keluarganya mencapai sekitar Rp 18,20 triliun, merujuk catatan majalah Forbes.
Jumlah itu menempatkannya sebagai orang paling kaya ke-27 di Indonesia. Sementara, dari sisi pembangunan, Ciputra bakal dikenang sebagai salah satu pembangun real estat terbesar di Indonesia.
Siapa nyana, kekayaan harta dan kecerdikan bisnis properti itu berakar dari masa kecil yang serbakekurangan. Tjie Tjin Hoan, nama lahir Ciputra, keluar dari rahim ibunya di Parigi, Sulawesi Tengah, pada 24 Agustus 1931. Ia anak bungsu di antara tujuh bersaudara.
Seperti ia tuturkan dalam biografinya yang terbit pda 2017 lalu, The Passion of My Life, ayahnya meninggal di penjara Jepang saat ciputra berusia 12 tahun. Mulai dari berkebun hingga mengejar babi hutan untuk makan keluarga ia lakoni saat itu.
Pak Ci (begitu ia kerap disapa) mengenang, kerap harus berlari ke sekolah di SMA Don Bosco Manado supaya tak terlambat karena jarak rumahnya yang jauh. Kebiasaan itu mengantarkannya menjadi bagian kontingen Pekan Olah Raga Nasional (PON) pada 1951.
"Anak miskin ini berada di dalam Istana. Saya memandangnya dengan takjub. Ketika menenggak itu (Coca-Cola) saya merasakan sensasi yang luar biasa," ungkapnya mengingat pengalaman saat diundang ke Istana Negara sehubungan prestasinya menembus final lari 800 dan 1.500 meter.
Ia mulai melirik bisnis properti saat berkuliah di Institut Teknologi Bandung. Pada akhir 1950-an, ia bersama dua rekannya mendirikan CV Daya Cipta yang berkutat mengerjakan bangunan warga.
Ia kemudian berkeluarga dan pindah ke Jakarta pada 1960-an. Tak lama kemudian, Ciputra mencetak proyek besar perdananya. Ia diserahi tugas membenahi kawasan Senen di Jakarta Pusat oleh Gubernur DKI Soemarno Sosroatmodjo dan Presiden Sukarno.
Ia diminta mendirikan dan memimpin PT Pembangunan Ibukota Jakarta Raya pada 1961. Sayangnya, proyek Senen ini tidak semulus rencana di atas kertas. Meski sempat kekurangan dana dan mendapatkan penolakan warga, akhirnya tiga blok kawasan perdagangan berhasil ia dirikan. Proyek itu kemudian menjadi fondasi pengembangan perusahaan Ciputra Group hingga sebesar sekarang.
Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Teuku Sahir Syahali menyebutkan, tahun 1966 Ciputra dipercaya untuk memimpin proyek pembangunan kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol atau yang disebut sebagai Badan Proyek Pembangunan (BPP) Ancol. Saat itu, Ibu Kota dipimpin oleh Gubernur Soemarno dan dilanjutkan oleh Gubernur Ali Sadikin.
Syahali menyebut karya-karya besar Pak Ci sampai hari ini masih dapat dinikmati oleh masyarakat. Di antaranya Pasar Seni, Gelanggang Renang (Atlantis Water Adventures), Gelanggang Samudra (Ocean Dream Samudra), Dunia Fantasi, dan resor tepi pantai Putri Duyung Ancol. "Sebagai sosok founding father di Grup Jaya, tentunya tidak sedikit ide dan karya beliau yang sampai hari ini masih terus dapat dinikmati," kata dia, kemarin.
Ciputra mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 01.05 waktu Singapura, Rabu (27/11). Kabar meninggalnya Ciputra yang juga pelopor industri properti nasional tersebut disebarkan oleh Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Rika Lestari.
“Kami keluarga besar Ciputra Group mengucapkan turut berduka yang mendalam dan mendoakan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan menghadapi kedukaan ini,” tertulis dalam lansiran ke media, kemarin. Mendiang akan disemayamkan di rumah duka keluarga di Jalan Bukit Golf Utama PA 1-2, Jakarta Selatan, dan dikebumikan di makam keluarga.
Ia meninggalkan istri, 4 anak, 4 menantu, 10 cucu, 4 cucu menantu, dan 7 cicit. Kepada keluarganya, Ciputra selalu menekankan untuk mengutamakan kejujuran dan integritas yang kemudian diterapkan dalam menjalankan bisnis Grup Ciputra.
"Kami sangat kehilangan sosok ayah, kakek, dan pimpinan yang menjadi suri teladan bagi keluarga dan keluarga besar dari Grup Ciputra," tutur putri pertama Ciputra, Rina Ciputra Sastrawinata, dalam rilis yang diterima Republika.
Istana Kepresidenan ikut menyampaikan ucapan dukacita atas berpulangnya Ciputra. Juru Bicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman, mengunggah ucapak belasungkawa melalui akun Twitter-nya. "Beliau pemegang Satya Lencana Pembangunan. Semoga damai di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan ditabahkan-Nya," ujar Fadjroel, Rabu (27/11).
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, kepergian pengusaha properti Ciputra menimbulkan kesedihan mendalam. Kesedihan itu tidak hanya dirasakan mereka yang berkecimpung di dunia ekonomi, tetapi juga masyarakat keseluruhan.
Bagi Sri, Ciputra merupakan seorang pribadi dengan prinsip yang kuat dan positif. Sikap ini terlihat dari upaya Ciputra untuk membangun permukiman dengan tidak sekadar melihat sisi profit, tetapi juga dampaknya terhadap lingkungan. "Saya melihatnya di beberapa tempat," ujarnya ketika ditemui di Universitas Indonesia, Depok, Rabu.
Selain itu, Sri menambahkan, kecintaan Ciputra terhadap seni menjadikan dunia properti semakin sempurna. Karakteristik ini yang membuat sosok Ciputra sulit dilupakan. Ia akan selalu mendapatkan tempat khusus bagi banyak orang, termasuk bagi Sri sendiri.
Dengan kepergian Ciputra, Sri menjelaskan, Indonesia tidak hanya kehilangan tokoh yang memang peduli dalam membangun bisnis. "Tapi, pada saat yang sama juga, (Ciputra) memanusiakan ciptaannya itu," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir juga menyampaikan belasungkawa dan mendoakan atas berpulangnya Ciputra. "Saya turut berdukacita atas berpulangnya Bapak Ciputra, tokoh properti Indonesia yang telah menghasilkan sejumlah karya bagi dunia properti," ujar Erick dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, Rabu.
Erick menyampaikan, Ciputra merupakan tokoh yang turut membangun fondasi dunia properti di Indonesia termasuk juga memulai pembangunan proyek reklamasi skala jumbo bertajuk Taman Impian Jaya Ancol pada 1966. "Selain itu, almarhum adalah pemegang Satya Lencana Pembangunan," kata Erick menambahkan. sapto andika candra/muhammad nursyamsi ed: fitriyan zamzami
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/34sHma6Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sang Pelari dan Pembangun itu Berpulang"
Post a Comment