REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain kesombongan, tazkiyatun nafs juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan dua penyakit hati, yaitu sifat serakah dan dengki. Hal ini disampaikan Ustaz Salim A Fillah dalam kajiannya baru-baru ini di Masjid Asy-Syifa RSCM, Jakarta Pusat, kemarin.
Menurut dia, manusia yang ambisius bercirikan ingin terus melanggengkan kekuasaan dan bahkan keabadian. Tipe insan ini justru terjerumus ke dalam kehancuran lantaran keserakahannya sendiri pada kenikmatan materialistis.
Akan tetapi, sifat serakah ternyata diperbolehkan dalam batas-batas tertentu. Misalnya, serakah pada perkara-perkara yang akan dibawa menuju akhirat kelak. Sebut saja, ibadah infak, sedekah, amal jariyah, dan sebagainya.
Dalam hal ini, seorang insan yang beriman hendaknya tak perlu khawatir akan hidup kekurangan. Sebab, Allah SWT telah mengatur dan menentukan rezeki bagi tiap makhluk-Nya.
“Kita tidak usah khawatir tidak mendapatkan rezeki. Contoh, seperti nasi yang setiap hari kita makan. Nasi bisa sampai ke piring kita di rumah melalui proses yang panjang. Mulai dari menanam (padi), (beras) dikirim dari daerah–daerah yang jauh," ucap Ustaz Salim A Fillah.
"Namun, buktinya kita tahu tinggal beres kan? Sudah siap tinggal makan. Itu semua bisa terjadi karena Allah sudah menetapkan rezeki untuk setiap makhluk-Nya,” sambung dia.
Apa kita untuk menyingkirkan keserakahan dalam kalbu? Ustaz Salim menjawab, perlu adanya rasa syukur atas apa-apa yang telah Allah berikan. Dengan begitu, seorang insan yang beriman tidak selalu merasa kurang. Yang ada, rasa selalu cukup, seberapun rezeki yang sampai kepadanya.
Awas Bahaya Dengki
Sifat lain yang dapat disingkirkan melalui tazkiyatun nafs adalah iri dan dengki. Orang yang dengki diibaratkan selalu menilai rumput tetangga lebih hijau daripada miliknya sendiri.
Ihwal membanding-bandingkan, lanjut Ustaz Salim, bisa memicu timbulnya rasa dengki dalam hati. Padahal, seseorang tidak bisa menilai orang lain hanya dengan apa-apa yang tampak di luar.
Sebab, lanjut dai tersebut, cerita yang utuh kadangkali tak mengisyaratkan kebahagiaan. “Saya pernah membimbing program rumah tangga. Sebagian besar dari mereka menggunakan mobil–mobil mewah. Namun ternyata di dalam mobil–mobil banyak tisu–tisu yang basah karena air mata yang selalu mengucur dari mata mereka,” ungkapnya.
Ustaz Salim juga menghimbau jamaah agar selalu berupaya menghilangkan penyakit hati. Apalagi, dalam beberapa hari lagi bulan suci Ramadhan akan tiba.
Jika tidak bisa menghilangkan semuanya sekaligus, maka perlu memprogamkan satu per satu penyakit hati dapat diminimalkan.
Misalnya, satu bulan fokus untuk menghilangkan kesombongan. Bulan kedua, bersungguh-sungguh menghilangkan keserakahan. Demikian seterusnya.
Ia pun mengatkan bulan Ramadhan hendaknya menjadi kesempatan yang sangat besar untuk menyibukkan diri dengan Alquran. Kitabullah itu adalah obat hati dan penenang jiwa, sehingga sangat perlu dibaca untuk diri mengalami tazkiyaun nafs.
from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2H0FOuLBagikan Berita Ini
0 Response to "Tazkiyatun Nafs Menjelang dan Selama Puasa Ramadhan (2)"
Post a Comment