Search

Hapus Tato, Hapus Masa Lalu

"Ini ditato teman dari Malang, gratis"

REPUBLIKA.CO.ID, Suatu siang, terdengar suara laser dari satu mesin hingga ke teras Masjid Asy-syafaat, Tasikmadu, Lowokwaru, Kota Malang. Setelah ditelisik, nampak remaja pria yang meringis menahan kesakitan ketika cahaya laser itu ditembakkan ke area tangannya. Atau, lebih tepatnya pada bagian lengannya yang penuh dengan tato.

Adalah Yulian, pria berusia 18 tahun yang sengaja datang untuk menghapus sejumlah tato di kedua tangannya. Tato bergambar bunga dan manusia itu sudah melekat di kulitnya sejak berusia 12 tahun. Keinginan membuat tato itu sederhana, yakni agar terlihat lebih keren dan bisa bergabung dengan teman pergaulannya.

"Ini ditato teman dari Malang, gratis," kata pria asli Gunung Kawi ini saat ditemui Republika.co.id di teras Masjid Asy-syafaat, Kota Malang, belum lama ini.

Di masa awal remaja, Yulian tak menampik, pergaulannya sangat bebas. Dia hidup dengan para anak jalanan untuk menemukan kebahagiaan tersendiri. Namun sayangnya, pergaulan yang membuatnya sering membolos ini menjadi pintu awal dikeluarkannya dari bangku SMP.

Yulian pun lepas dari dunia pendidikan dan lebih memilih hidup sebagai anak jalanan. Penilaian negatif ialah makanan sehari-harinya dari warga sekitar. Sampai akhirnya, Yulian mulai menemukan titik kesadaran untuk menyudahi kehidupan demikian.

"Saya pengen jadi lebih baik. Kasihan juga sama orangtua. Sekarang tinggal satu saja (ibu) bekerja di Singapura," tambah pria berbaju putih ini.

Dari titik tersebut, Yulian berusaha untuk meninggalkan pergaulan yang menimbulkan stigma negatif tersebut. Berkat rekannya, ia juga diajak untuk mengenyam pendidikan agama sembari menetap sementara di salah satu pondok pesantren Karangploso, Malang. Di tempat yang baru menerimanya empat bulan ini, ia mendapatkan banyak pengetahuan dan pencerahan.

Tak lama setelah itu, Yulian memeroleh informasi adanya program penghapusan tato di Malang. Menghapus tato ini pada dasarnya agar dirinya tak lagi dipandang negatif oleh masyarakat. Di sisi lain, untuk memperkuat keimanan yang tengah dibangunnya saat ini.

"Sering dipandang negatif, orang desa banyak yang nggak suka seperti dianggap orang jahat padahal nggak semuanya begitu," katanya.

Pada kegiatan penghapusan tato ini, Yulian mendapatkan sejumlah persyaratan. Hal utama, dia harus bebas dari HIV, diabetes dan hepatitis. Lalu menghapal surat Arrahman untuk disetorkan kepada panitia secara berkala. 

Di sisi medis, Yulian mengaku tidak ada masalah pada hal tersebut. Namun dari sisi hapalan, ia mengaku butuh sedikit perjuangan untuk menguasainya. Meski sulit, Yulian mampu menghapal surat tersebut, apalagi dirinya sudah mengenal huruf Alquran sejak kecil.

Saat menjalani proses hapus tato, Yulian bercerita sinar laser yang ditembakkan ke kulitnya sangat sakit. Bahkan, perihnya melebihi pembuatan tato yang dikenal menggunakan jarum dan tinta. "Enggak terlalu sakit kalau pas buat tato, cuma panas tapi kalau tadi (menghapus) seperti terbakar," tambah Yulian.

Yulian tahu proses menghapus tato tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat. Berdasarkan informasi yang diterima, dia harus menjalani proses ini selama 10 kali. Meski demikian, Yulian menegaskan, akan berusaha sabar dan tetap mengikutinya agar bisa benar-benar bersih dari tato.

elawan Komunitas Berani Hijrah Baik, Tesa Abygail menjelaskan, proses menghilangkan tato memang harus perlahan-lahan. Para peserta setidaknya akan melakukan tiga sampai 10 kali agar tato benar-benar hilang. Semuanya tergantung pada jenis tinta dan warna yang menjadi faktor lama atau tidaknya proses penghapusan.

Di dalam proses penghapusan tato, Tesa tak menampik, persyaratan bebas HIV, diabetes dan hepatitis itu wajib. Pasalnya, itu sangat penting dengan kesehatan masing-masing peserta. Jika tidak diperhatikan, akan memberikan dampak buruk pada kesehatan peserta.

Menurut Tesa, laser itu pada dasarnya akan menimbulkan efek pada kulit. Beberapa orang hanya bengkak, tapi lainnnya bisa gatal-gatal, melepuh dan sebagainya. "Kalau yang punya diabetes, efeknya bisa lebih lama," jelas Tesa.

Bagi penderita hepatitis, ini akan berefek pada kerja hati yang akan lebih keras. Sementara pada HIV, laser akan mengakibatkan titik tertentu pada kulit terus mengeluarkan darah. Tesa mengaku tidak semua akan mengalami hal serupa, tapi ini hanya bagian mengantisipasi.

Ibu hamil juga dilarang mendapatkan sinar laser ini agar risiko cacat janin dapat terhindari. Apalagi, laser dilaporkan juga tidak baik untuk kualitas ASI. "Intinya kesehatan peserta yang utama untuk meminimalisasikan risiko berkepanjangan," ujar perempuan bercadar ini.

Di dalam proses penghapusan, perserta diwajibkan dalam kondisi fit dan telah mengonsumsi makanan dan minuman. Peserta harus memastikan juga bahwa dirinya sanggup menjalani proses penghapusan tato ini. Pasalnya, proses ini didasarkan pada mampu atau tidaknya peserta dalam menjalankannya.

Pada langkah awal, peserta mula-mula akan diberika alkohol sesuai prosedur yang telah diajarkan dokter kepada relawan. Kemudian diberi plastik agar cairan mudah teresap dan terhindar dari debu. Setelah itu, kulit mendapatkan tindakan anestesi selama 30 menit untuk mengurangi rasa sakit. "Setelah itu baru dilaser," jelasnya.

Di kesempatan serupa, Direktur Lembaga Amil Zakat, YASA Malang, Andi Tri Cahyono, berharap, program ini dapat berlanjut sehingga peserta dapat benar-benar mendapatkan manfaatnya. Apalagi proses penghapusan tato sendiri diinformasikan tak cukup sekali tapi beberapa kali.

Program penghapusan tato sendiri sebenarnya sebuah gerakan yang diinisiasi Masjid Peradaban Asy-syafaat dengan Komunitas Berani Hijrah Baik di Jakarta. Komunitas ini sebelumnya memang memiliki kegiatan dakwah di lapas-lapas. Di kegiatan ini, komunitas ternyata mendapatkan permasalahan yang menjadi curhatan masyarakat binaan.

Menurut Andi, permasalahan utama yang sering dikeluhkan masyarakat binaan itu berkaitan tentang tato. Masih akan ada stigma negatif terhadap mereka selagi tertera tato di tubuhnya. "Ketika mereka mau cari kerja dan sudah tobat apapun, kalau ada gambar tato pasti akan ada penolakan sosial," jelasnya.

Selain itu, Andi mengungkapkan, pemilik tato juga akan dilaknat Allah SWT berdasarkan hadist nabi. Meski sudah terlanjur tobat, derajatnya akan lebih baik jika gambar tersebut hilang dari tubuhnya. Dengan kata lain, kurang sempurna rasanya apabila tato itu tidak dihapus.

Dari hal ini, YASA Malang pun tertarik untuk terlibat dapat kegiatan tersebut. Timnya ikut membantu termasuk menggratiskan cek kesehatan peserta di salah satu laboratorium Kota Malang. Dari 40 pendaftar, hanya 32 orang yang lolos untuk mengikuti kegiatan ini.

Terakhir, Andi berharap, program ini bisa menjadi kegiatan rutin ke depannya. "Sayang kalau nggak dilanjutkan. Semoga bisa diteruskan," jelasnya.

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2DAjrKA

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Hapus Tato, Hapus Masa Lalu"

Post a Comment

Powered by Blogger.