IHRAM.CO.ID, Oleh Muhammad Hafil/Wartawan Republika.co.id
Jamaah haji gelombang 1 mulai memasuki Kota Makkah, Arab Saudi. Jamaah yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) JKG-01 ini terdiri dari 388 jamaah yang ditempatkan di Sektor 3, Zona Raudhah.
Baca Juga:
Salah seorang jamaah bernama Citra binti Pudjiantoro (65 tahun), sakit. Dadanya sesak dan kesulitan bernafas saat baru turun dari bus yang mengantarkan dari Madinah ke Makkah.
Dengan sigap, Tim Gerak Cepat (TGC) PPIH Arab Saudi Daker Makkah menolong jamaah tersebut yang tergeletak lemas tersebut. Jamaah asal Jakarta Selatan tersebut juga diinfus dan diberikan perawatan darurat.
"Dalam analisa tim kesehatan, jamaah sakit tersebut harus dirujuk ke Klink Kesehatan Haji Indonesia. Di sana, sedang dianalisis apakah diperkenankan kembali bergabung dengan jamaahnya atau masih buruh perawatan," kata Kepala Sektor 3 Daker Makkah, Lukman Hakim.
Peristiwa di atas merupakan salah satu bagian skenario dalam gladi posko untuk 1.108 orang petugas haji yang tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2019, Rabu (30/4), di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Tujuan dari gladi posko ini adalah agar para petugas mengetahui dan memahami bagaimana miniatur dari medan kerja selama di Arab Saudi pada musim haji tahun ini.
Gladi posko dibagi berdasarkan daerah kerja (daker). Yaitu, Daker Makkah, Madinah, dan Bandara. Selain itu, gladi posko menampilkan suasana di Armuzna (Arafah, Musdalifah, Mina).
Masing-masing petugas yang sudah dibagi berdasarkan dakernya melakukan skenario. Yaitu, untuk Daker Bandara skenarionya adalah bagaimana petugas menghadapi kedatangan dan pemulangan jamaah haji di bandara Madinah maupun Jeddah berikut masalah dan solusinya.
Sementara, Daker Madinah skenarionya adalah bagaimana petugas haji menyambut kedatangan jamaah ketika tiba di hotel untuk gelombang pertama. Sedangkan Daker Makkah skenarionya adalah bagaimana petugas menyambut kedatangan jamaah yang baru memasuki Kota Makkah.
Masing-masing skenario di daker juga menampilkan kondisi jamaah. Misalnya, bagaimana menangani jamaah yang sakit, jamaah yang panik karena kehilangan koper, atau jamaah yang terpisah.
Selain simulasi di ketiga daker, skenario gladi posko juga menampilkan bagaimana pergerakan jamaah ketika Armuzna. Di mana, pada saat itu ditampilkan suasana yang begitu jamaah yang begitu ramai berikut permasalahannya. Selain itu, ditampilkan satu unit mobil ambulans yang meraung-raungkan sirenenya. Suasana dibuat seolah-olah semuanya sedang terjadi di Armuzna.
Kepala Satops Armuzna Tahun 1440 H/2019, Jaetul Muchlis menjelaskan, gladi posko ini sebagai miniatur untuk melaksanakan tugas di medan operasi yang sesungguhnya di Arab Saudi. "Mereka (petugas) diharapkan paham dan terampil memiliki sensitivitas yang tinggi dalam merespon permasalahan yang dialami selama masa penyelenggaraan ibadah haji," kata Muchlis yang menjadi sutradara pada gladi posko ini.
Menurut Muchlis, gladi posko ini sangat bermanfaat sebagai modal petugas melaksanakan tugas dan fungsinya. "Orientasi medan kerja itu perlu, di mana nanti petugas akan bertemu dengan berbagai masalah selama bertugas," kata Muchlis.
Sementara, Direktur Bina Haji Kementerina Agama, Khoirizi H Dasir mengatakan, gladi posko ini dilakukan setelah para petugas menjalani pembekalan selama delapan hari. "Saya melihat ada banyak kemajuan yang petugas dapatkan. Sehingga, para petugas diharapkan bisa memahami tugas dan fungsinya," kata Khoirizi.
Menurut Khoirizi, petugas harus mengetahui medan tugas dan berbagai potensi masalah yang muncul selama penyelenggaraan ibadah haji. Karena, petugas sudah menerima pembekalan sebelumnya.
Selain itu, Khoirizi juga menjelaskan, bahwa petugas akan menghadapi tiga titik krusial penyelenggaraan ibadah haji. Yaitu, 10 hari pertama kedatangan jamaah, masa Armuzna, dan 10 hari pemulangan pertama.
Menurut Khoirizi, selama 10 hari pertama, jamaah yang baru datang belum mengetahui medan. Namun, mereka sudah diharuskan melakukan berbagai pergerakan ibadah.
Untuk Armuzna, juga jamaah belum mengetahui medan tapi juga harus melakukan kewajiban ibadahnya. Sedangkan untuk 10 hari kepulangan, jamaah sudah sibuk memikirkan kepulangan tetapi mereka terkadang lupa masih ada tahapan ibadah lainnya yang harus dilakukan.
"Nah, dengan kondisi ini maka petugas harus mengetahui peran dan tugasnya masing-masing untuk memberikan pelayanan, perlindungan, dan pembinaan kepada jamaah," kata Khoirizi.
Namun, Khorizi juga mencatat sejumlah evaluasi dalam kegiatan gladi posko ini. Di mana, ada sejumlah kekurangan yang masih ditemukan ketika petugas memberikan pelayanannya. Hal ini, kata Khoirizi, harus diketahui dan diperbaiki oleh para petugas. Sehingga, ketika mereka sudah di medan kerja yang sebenarnya, mereka sudah memetakan masalah yang ditemukan saat gladi posko.
Terkait kesiapan petugas itu, Khoirizi mengatakan bahwa 1.108 petugas haji itu sudah menerima pembekalan sejak 23 April lalu. Mereka akan mengakhiri pembekalan pada 2 Mei mendatang.
Berita Terkait
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gladi Posko dan Kesigapan Petugas Haji Melayani Jamaah"
Post a Comment