Search

Apa yang Sudah Kita Perbuat pada Bumi Kita?

Sudah saatnya kita peduli dengan sampah demi bumi kita.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Gita Amanda*

Senin, 22 April lalu, diperingati sebagai Earth Day atau Hari Bumi. Hari Bumi hendaknya dijadikan momentum untuk kita introspeksi diri atas apa yang sudah kita lakukan pada Bumi ini, bukan?

Sampah, merupakan satu masalah utama dan paling besar yang dihadapi Bumi kita ini. Setiap harinya, jutaan sampah dihasilkan dan membebani Bumi ini.

Tidak usah jauh-jauh, coba kita lihat dari apa yang ada di sekitar kita saja dahulu. Kita ambil contoh, menjamurnya kedai kopi kekinian yang berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah sampah plastik yang dihasilkan.

Dengan segelas kopi yang dibandrol tak lebih dari Rp 30 ribu, kita bisa menikmati beragam suguhan kopi dingin. Bagi kaum urban ibu kota, mau itu mahasiswa atau pekerja, kopi-kopian jenis ini tentu jadi favorit baru.

Di satu sisi, ini jelas membuka lahan pekerjaan dan peluang bisnis baru. Para petani kopi lokal pun bisa diuntungkan dengan menjamurnya kopi-kopi kekinian. Tapi sekali lagi kemasan kopi ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi kita semua.

Saya sangat mengapresiasi banyak orang yang mencoba mengurangi penggunaan plastik dari kemasan kopi kekinian ini. Misalnya dengan menggunakan sedotan bukan sekali pakai. Meski kecil, tapi ini langkah nyata.

Terlebih lagi, kalau ada gerai-gerai yang memberi diskon khusus bagi pembeli yang membawa tempat minum sendiri. Itu akan lebih baik lagi tentunya.

Ngomong-ngomong soal meminimalisir penggunaan plastik atau kemasan sekali pakai, saya jadi ingat beberapa teman sudah melakukan aksi nyata mereka juga untuk Bumi ini. Misalnya, mereka yang membawa kantong atau tas belanjaan sendiri dari rumah saat berbelanja.

Bahkan ada pula yang sudah membawa tempat makan sendiri saat membeli makanan di luar, misalnya membeli nasi goreng atau ketoprak untuk sarapan. Ada pula yang membeli belanjaan di pasar seperti ayam atau daging dengan membawa tempat sendiri dari rumah.

Mengapa ini perlu dilakukan? Karena tahu nggak, menurut laman Save on Energy sejumlah sampah membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa diurai.

Sampah tas plastik misalnya, butuh 10 hingga 20 tahun untuk bisa terurai. Sementara untuk kemasan plastic foam, butuh waktu hingga 50 tahun untuk terurai. Kaleng alumunium lebih parah lagi, mereka butuh 80 hingga 200 tahun untuk terurai. Jangan lupa dengan sampah diapers sekali pakai yang butuh waktu 450 tahun dan botol kaca bekas minuman yang butuh satu juta tahun untuk terurai.

Dari data itu, maka tak heran jika beberapa waktu lalu di salah satu pantai di kawasan Jakarta ditemukan bekas bungkus shampo dari tahun-tahun lampau yang masih utuh. Tak heran pula saat ada kasus paus yang mati dan ditemukan puluhan kilogram sampah diperutnya.

Di Indonesia, sejumlah upaya dilakukan pemerintah khususnya pemerintah daerah menekan sampah-sampah ini. Seperti beberapa daerah yang mengeluarkan larangan penggunaan kemasan plastik bagi para pengusaha kuliner.

Selain itu, upaya lain juga datang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menargetkan beroperasinya 12 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah tahun ini. Artinya ada upaya serius dari pemerintah untuk mengatasi masalah sampah ini. Sebab Indonesia disebut-sebut sebagai negara kedua di dunia yang pengolahan sampahnya masih buruk.

Jangan lupakan juga upaya sejumlah relawan yang mengubah sampah plastik menjadi eco brick atau menjadikannya kerajinan daur ulang bernilai jual. Upaya-upaya ini sudah memasuki tahap lanjutan dari kesadaran diri untuk tak membuang sampah sembarangan.

Jadi mumpung masih dalam suasana Hari Bumi, yuk kita bergerak. Tingkatkan kesadaran untuk lebih peduli lagi sama Bumi kita ini. Lakukan dari hal paling kecil dan sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah khususnya yang sulit terurai. Seperti membawa tempat makan atau minum sendiri, gunakan sedotan bukan sekali pakai, atau yang paling sederhana tak membuang sampah sembarangan. Ingat, jangan wariskan sampah untuk anak cucu kita!  Selamat Hari Bumi.

*) Penulis adalah redaktur republika.co.id

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2XUAoHn

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Apa yang Sudah Kita Perbuat pada Bumi Kita?"

Post a Comment

Powered by Blogger.