REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi menyatakan diplomasi maritim penting di negara yang dua per tiga wilayahnya adalah laut. Dalam kuliah umum “Ini Diplomasi Bersama Menlu Retno“ di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Sabtu (23/02), Retno membahas berbagai kegiatan diplomasi maritim, ekonomi, dan diplomasi kemanusiaan yang dipimpinnya di Kementerian Luar Negeri RI.
“Kalau kita berbicara jiwa bahari, maka kita pasti akan teringat suku bangsa Bugis-Makassar. Dan, yang tidak kalah pentingnya dan ini kental dengan khas Sulawesi Selatan adalah masalah keberanian. Karena keberanian, mereka berlayar dan berdagang, maka nama Bugis-Makassar dikenal oleh dunia. Di Singapura, misalnya, ada nama Bugis Street. Kemudian di Cape Town, Afrika Selatan, ada kampung Makassar," kata Menlu.
Agenda diplomasi maritim, papar Retno, tidak lepas dari visi Presiden Jokowi Widodo yang mengusung tema Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Diplomasi ini dengan adagiumnya cukup terkenal: “Kita terlalu lama memunggungi samudera, laut dan teluk".
Visi tersebut oleh Kemlu Rl diterjemahkan dalam diplomasi maritim dengan mengambil peran kepemimimpinan serta menginiasiasi berbagai agenda dan kegiatan kemaritiman dalam politik luar negeri Indonesia. Pada tahun 2015-2017, Indonesia, misalnya, menjadi ketua Indian Ocean Rim Association (IORA). Sejak didirikan, untuk pertama kalinya, IORA di bawah kepemimpinan Indonesia menggelar KTT.
"Semasa KTT, kita menginjeksi energi dan semangat baru bagi IORA untuk mengembangkan kerja sama maritim. Di tahun 2017, kita mengarusutamakan isu maritim di dalam East Asia Summit. Di tahun 2018 juga, kita mengarusutamakan lagi isu maritim dengan membahas isu khusus, yaitu Maritim Plastic Debris. Masih mengenai diplomasi maritim, Oktober 2018, kita menjadi tuan rumah dari Our Ocean Conference," ungkap Menlu Retno.
Retno mengatakan, konferensi internasional tentang samudera atau laut tersebut telah menghasilkan ratusan komitmen. Komitmen tersebut bisa melindungi keamanan laut Indonesia, serta meningkatkan kerja sama ekonomi Indonesia dengan berbagai negara di dunia.
Selain itu, Indonesia juga menginisiasi dan mengembangkan konsep Indo Pasifik yang mengusung agenda kerja sama maritim, konektifitas dan infrastruktur, dan pembangunan berkelanjutan. Dalam diplomasi ekonomi, kata Menlu, Indonesia mengembangkan pasar non-tradisional untuk kepentingan ekspor, seperti Afrika, Eropa Tengah dan Timur, Asia Selatan dan Tengah, dan Amerika Latin.
Berkaitan hal itu, pemerintah melalui Kemlu menginisiasi forum Indonesia - Afrika yang menghasilkan kesepakatan bisnis bernilai 586 juta dolar AS, serta potensi bisnis 1,3 milyar dolar AS. Indonesia juga telah mengekspor gerbong kereta api ke Bangladesh, ekspor pesawat CN-235 ke Senegal. Seain itu, Indonesia juga telah meresmikan pabrik Mi Instan Indomie di Serbia.
“Instant Noodle Indonesia sangat populer di Afrika. Bahkan, kita sudah membuka pabrik-pabrik Indomie, “ ungkapnya yang disambut aplaus oleh ribuan mahasiswa.
Sementara itu, dalam diplomasi kemanusiaan, Indonesia telah banyak berkontribusi dalam upaya kemanusiaan dan perdamaian di sejumlah negara, khususnya di Palestina dan dan Rohingya. Kontribusi Indonesia ke Palestina sangat signifikan, di antaranya, pembangunan rumah sakit di Gaza, program peningkatan kapasitas SDM untuk tiga tahun ke depan. Begitu juga adanya bantuan finansial sebesar 1 juta dolar AS untuk periode 2019 dan 2020, dan bantuan filantropis Indonesia sebesar 1,3 juta dolar AS.
“Intinya, kita akan melakukan apa pun untuk mendukung kemerdekaan Palestina, dan saya senang pemerintah bersama masyarakat terus mendukung Palestina,“ katanya.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2GDz6vPBagikan Berita Ini
0 Response to "Menlu Tekankan Pentingnya Diplomasi Maritim"
Post a Comment