REPUBLIKA.CO.ID, Pintu keberangkatan di Terminal 1A Bandara Juanda Surabaya tampak lengang sepanjang siang pekan lalu. Tidak terlihat ada antrean penumpang di pintu masuk yang melayani penumpang domestik dan jamaah umrah tersebut. Padahal, rute penerbangan yang dilayani Citilink dan Batik Air lewat dua gerbang tersebut cukup banyak, seperti Banjar masin, Labuan Bajo, Makassar, Jakarta, Batam, Palembang, dan Denpasar.
Selain pintu keberangkatan, kursi tunggu yang biasa di gunakan penumpang dan pengantar pun terlihat kosong. Pemandangan serupa juga tampak di kios check in mandiri. Di sana juga tidak terlihat ada antrean penumpang yang hendak mencetak boarding pass. Beberapa mesin pencetak tak ada yang menyentuh.
Beranjak ke pintu keberangkatan Terminal 1B di bandara yang sama, juga terlihat pemandangan hampir serupa, meski penumpang yang masuk terlihat lebih banyak dibanding pintu keberangkatan 1A. Hanya sesekali terlihat antrean penumpang. Dalam hitungan menit, antrean tersebut sudah tak tampak dan penumpang sudah bisa melewati pintu penjagaan.
Begitu pun pemandangan di kursi tunggu dan kios check in mandiri, yang tidak jauh berbeda dengan apa yang tergambar di pintu keberangkatan Terminal 1A. Meskipun rute penerbangan yang dilayani Lion Air, Wings Air, dan Sriwijaya Air lewat pintu ter sebut terbilang sangat banyak, di antaranya Kupang, Banjarmasin, Batam, Banyuwangi, Balikpapan, Sumenep, Makassar, Lombok, Jakarta, Denpasar, Manado, Semarang, Pangkalanbun, dan Samarinda.
Seorang porter di bandara Juanda, Mashudi, mengungkapkan, beberapa waktu belakangan jumlah penumpang di bandara tersebut berkurang. "Ya itu, sejak bagasi berbayar itu. Lihat itu biasanya kan, apalagi Jumat atau memasuki hari libur ramai penumpang," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (1/2).
Pria yang sudah 12 tahun menjadi porter tersebut tidak memungkiri penurunan penumpang tersebut juga berpengaruh terhadap pendapatannya. Mashudi mengklaim, pendapatannya turun drastis semenjak diberlakukannya bagasi berbayar tersebut. "Drastis banget penurunannya (pendapatan). Pokoknya ya itu semenjak bagasi berbayar itu tanggal 22 Januari kalau gak salah," ujar Mashudi.
Rekan Mashudi, Bayu Aji, pun menyatakan pengakuan serupa. Pendapatannya melorot semenjak diberlakukannya kebijakan bagasi berbayar oleh Lion Air Group. "Drastis banget turunnya. Kalau nominal saya nggak bisa sebut, tapi lebih dari 50 persen," kata Bayu, gemas.
Petugas jaga parkir kendaraan roda dua di Bandara Juanda Surabaya, Teguh Yhuwono, pun mengakui adanya penurunan minat masyarakat untuk bepergian menggunakan pesawat sejak diberlakukannya bagasi berbayar. Teguh bisa berkesimpulan demikian setelah melihat adanya penurunan kendaraan roda dua yang masuk bandara, semenjak kebijakan bagasi berbayar berlaku. "Kalau persentasenya saya gak paham, tapi yang jelas ada penurunan," ujar Teguh memperkirakan.
Seorang penumpang Lion Air, Harits Ardiansyah, turut mengeluhkan diberlakukannya kebijakan bagasi berbayar tersebut. Apalagi, tarif yang dikenakan dirasakannya sangat mahal. Dia pun berpendapat, penumpang akan enggan bepergian menggunakan pesawat dan lebih memilih transportasi lain.
"Ya, memang sih lebih cepat, tapi kalau tarif bagasi bisa lebih mahal daripada harga tiket, penumpang pasti ngeluh lah. Mending nyari alternatif yang lebih murah. Paling kalau kepepet, baru naik pesawat," kata Harits.
Salah seorang pengelola toko di Bandara Juanda, Ari, mengatakan, situasi di bandara utama Jawa Timur itu mulai menyusut ketika musibah pesawat Lion Air JT610 tujuan Jakarta-Pangkalpinang jatuh di Teluk Karawang, akhir tahun lalu. Terminal khusus Lion Air mulai kehilangan penumpangnya.
Kemudian, ditambah pada awal tahun tiket pesawat melonjak dan Lion Air memungut biaya bagasi. "Saat Lion jatuh dan tiket mahal itu usai Maghrib bandara sudah sepi. Sekarang, siang saja sudah sepi, terutama Citilink," kata dia menjelaskan. Humas PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Juanda, Yuristo, mengakui sepinya penumpang pesawat di Bandara Juanda, Sidoarjo, pada awal 2019.
Namun demikian, Yuristo membantah jika sepinya penumpang tersebut karena kebijakan bagasi berbayar ataupun kenaikan harga tiket. Yuristo berdalih, sepinya penumpang di Bandara Juanda lebih dikarenakan kondisi musiman. Setiap awal tahun penumpang pesawat di Bandara Juanda terlihat lebih sepi dari biasanya. "Jumlah penumpang (sedikit) lebih dikarenakan kondisi season-nya yang saat ini memang low season," ujar Yuristo saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/2).
Setiap memasuki awal tahun, lanjut dia, jumlah penumpang di Bandara Juanda selalu mengalami penurunan diban dingkan bulan-bulan sebelum nya. Yuristo mengatakan, sudah berkomunikasi dengan pihak perusahaan penerbangan dan mereka pun menyatakan penurunan lebih karena kebiasaan tahunan. "Setelah kemarin libur Natal dan tahun baru yang cukup lama. Dari komunikasi dengan rekan-rekan airlines memang kondisi trafiknya sedang turun karena low season," kata Yuristo berkelit.
Namun, ia juga mengungkapkan data yang menunjukkan bahwa memang ada penurunan penumpang pada Januari lalu jika dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya. Pada Januari 2018, tercatat jumlah penumpang di Juanda sebanyak 1.731.969, sementara pada Januari lalu sebanyak 1.438.232 yang artinya terjadi pengurangan sebanyak 17 persen.
Tak hanya di bandara, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur juga mencatat selama Januari 2019 inflasi di daerah itu juga terpengaruh kenaikan harga tiket. Tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor utama yang mendorong inflasi sebesar 0,60 persen pada Januari lalu.
from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2HWmPDXBagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Tiket Naik, Bagasi Berbayar, Porter Kena Imbas"
Post a Comment