REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilihan Umum (Pemilu) seharusnya menjadi ajang yang menggembirakan. Namun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI menilai, pesta demokrasi tahun ini, menjadi ajang yang tak menyenangkan. Terutama kata dia, dalam kontestasi dan kampanye pemilihan presiden (pilpres).
Komisioner Bawaslu Rahmat Bagja meminta para pendukung pasangan capres dan cawapres, menghindari kontestasi keagamaan. Sebab menurut dia, cara tersebut akan menyeret masyarakat ke dalam potensi konflik yang terbuka. “Kampanye sekarang ini tidak ada kegembiraan. Menjadi tidak fun (menyenangkan). Urusannya jadi surga dan neraka,” kata dia di Jakarta, Sabtu (23/2).
Rahmat menyoroti kampanye adu keagamaan dan keimanan yang terjadi antar pendukung capres dan cawapres selami ini. Dia mengatakan, para pemilih punya hak mutlak memilih calonnya sesuai dengan keyakinan dan keagamaannya. Akan tetapi, tak semestinya persoalan tersebut menjadi ajang ‘perang’ terbuka antar pendukung. “Janganlah ajang pemilu ini kontestasinya jadi ajang adu kesalehan. Itu sangat merepotkan,” sambung dia.
Salah satu yang menurut Rahmat tampak tak menyenangkan, ketika para pendukung capres dan cawapres, mengkampanyekan masif tentang jagoannya yang melakukan kegiataan beribadah. Ataupun mempertanyakan capres dan cawapres lain, yang sedang shalat di mana. Bawaslu tak menganggap kampanye keagamaan yang disuarakan para pendukung tersebut sebagai pelanggaran pemilu.
Namun menurut dia, tak semestinya pemilu menjadi ajang adu ketakwaan. “Tidak dilarang sih. Tetapi seharusnya pemilu itu jadi ajang yang menggembirakan semua orang. Bukan ajang untuk menunjukkan kesalehan,” ujar dia. Rahmat mengatakan, agar di sisa 53 hari menuju Pemilu 2019, para pendukung dan kontestan, menawarkan pesta demokrasi yang menggembirakan.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2T0VSEwBagikan Berita Ini
0 Response to "Bawaslu: Kampanye Pemilu 2019 tak Menggembirakan"
Post a Comment