REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu masuknya dosen asing sempat menjadi polemik di kalangan akademisi Tanah Air. Kendati begitu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) optimistis kehadiran dosen asing yang diakomodasi melalui program World Class Professor (WCP) dapat memperkuat kolaborasi antara dosen dalam negeri dan profesor kelas dunia.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Prof Ali Ghufron Mukti menegaskan, profesor kelas dunia yang bergabung pada Program WCP tidak hanya berasal dari luar negeri tetapi juga profesor dalam negeri yang berkelas dunia, bahkan para diaspora yang telah sukses meniti karier di kampus terbaik dunia.
"Sehingga program ini bukan mengundang profesor asing, tetapi berkolaborasi bersama profesor kelas dunia untuk memperkuat inovasi dan publikasi. Saat ini, ada 23 negara yang terlibat pada Program WCP," tuturnya membuka Annual Seminar World Class Professor di Jakarta, Kamis (15/11).
Annual Seminar World Class Professor sendiri menjadi ajang untuk mengevaluasi capaian Program WCP yang telah berlangsung dari bulan Mei 2018. Kendati demikian, kegiatan dan lama penelitian bergantung pada kesepakatan kedua belah pihak, yakni dari dua sampai dengan empat bulan. Hingga saat ini, progres sementara dari capaian publikasi yang telah dimonitoring oleh tim pakar WCP sebesar 60 persen.
"Sementara yang berstatus diterbitkan sebanyak dua, direvisi sebanyak empat, diterima sebanyak satu, masih ditinjau sebanyak 20, dan masih diajukan sebanyak 35. Targetnya program ini bisa menghasilkan 115 publikasi," ujar Dirjen Ghufron.
Selain publikasi, lanjut Dirjen Ghufron, pihaknya kini juga mendorong peningkatan jumlah sitasi, inovasi dan hak paten. Oleh sebab itu, penting bagi setiap universitas untuk terhubungan dengan industri dan masyarakat. Lebih lanjut, Program WCP juga diharapkan mampu menambah profesor hebat berkelas dunia asal Indonesia.
"Jumlah profesor sekarang sudah lumayan banyak, dan diharapkan dengan program ini dapat memacu lektor untuk produktif sehingga bisa menjadi profesor. Namun, pekerjaan rumah selanjutnya menambah dosen berkualifikasi S-3 yang masih 31.054 orang. Untuk jumlah publikasi tahun ini kita sudah nomor dua di ASEAN, di bawah Malaysia dengan 20.610 publikasi terindeks Scopus," terang Ghufron.
Tercatat, jumlah perguruan tinggi penyelenggara Program WCP tahun ini untuk Skema A sebanyak sembilan universitas yang terdiri atas delapan PTN yaitu UGM, UI, ITB, Unair, IPB, ITS, UPI dan Unsyiah dan satu PTS yakni UII. Sementara untuk Program WCP Skema B sebanyak 21 Universitas yang terdiri atas 15 PTN dan enam PTS.
Program WCP tahun ini bahkan melebihi target Kemenristekdikti, yakni dari target 70 orang menjadi 115 orang. Dari jumlah tersebut, 67 orang mengikuti Skema A dan 48 orang mengikuti WCP Skema B. Ghufron menilai, artinya sebanyak 10% dari total profesor kelas dunia tersebut telah memenuhi h-index Scopus lebih dari 10. Sebab, imbuh dia, untuk mengikuti Program WCP Skema A, profesor yang bersangkutan harus memiliki h-index Scopus lebih dari atau sama dengan 20. Sedangkan untuk mengikuti Program WCP Skema B, profesor kelas dunia yang diundang harus memenuhi h-index Scopus lebih dari atau sama dengan 10.
Direktur Karier dan Kompetensi SDM Kemenristekdikti, Bunyamin Maftuh menegaskan bahwa meskipun mengutamakan output berupa publikasi, Program WCP tidak memberikan hibah penelitian. Program WCP dikhususkan bagi mereka yang sudah selesai meneliti dan memiliki draft tulisan untuk publikasi di jurnal bereputasi.
"Tren nya sekarang banyak dosen muda yang sudah doktor, memiliki semangat tinggi untuk menulis publikasi," sebut Bunyamin.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Fn3JpbBagikan Berita Ini
0 Response to "World Class Professor Perkuat Kolaborasi Antardosen"
Post a Comment