REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya Kementerian Pertanian bersama praktisi kesehatan kesehatan untuk meningkatkan konsumsi atau kecintaan terhadap pangan lokal melalui uji kinesiology membuahkan hasil. Hal itu terlihat dari antusias wisatawan domestik dan mancanegara yang ramai mengunjungi Danau Batur saat sosialisasi keunggulan pangan lokal terhadap stamina tubuh, Jumat (5/10).
Praktisi kesehatan, Hanson menjelaskan, pangan lokal seperti kopi, kedelai, kentang dan lainnya dapat meningkatkan dan mengembalikan stamina tubuh seperti stamina nenek moyang dan menampilkan inner beauty. Pangan lokal merupakan warisan nenek moyang ini untuk disebar luaskan kepada publik, sehingga mereka memahami manfaatnya.
“Uji kinesiologi tentang kehebatan pangan lokal ini juga dapat dijadikan salah satu atraksi daya tarik wisatawan asing di wilayah Gunung Batur dan Danau Batur. Para wisatawan dikenalkan dengan mencicipi pangan lokal dan diterapi cara pernapasan dan naik turun tangga semakin terasa ringan, kaki tidak pegel, ada dorongan dan tidak lelah. Bahkan malam harinya saat tidur pulas dan bangun tidur terasa enteng, enak di badan,” kata Hanson.
Hanson menambahkan, tanaman pangan, buah, sayur, serta hasil perkebunan yang tumbuh di Indonesia memiliki kualitas tersendiri yang mampu bersaing dibanding negara lain. Secara tidak langsung, ternyata ada korelasi antara kualitas tanaman dengan kondisi psikolgis masyarakat sekitar,” tambahnya.
Ia menjelaskan, kinesiology adalah teknik untuk melihat kemampuan tubuh melalui respon otot. Dengan metode ini, tubuh mampu memilih makanan yang cocok dan baik melalui respon otot. Secara ilmiah tubuh memiliki kecerdasan tubuh untuk mengenal makanan yang baik. Mengonsumsi makanan yang baik juga perlu ditunjang dengan olah dan sikap tubuh yang baik. Ini dikenal dengan Langkah Hanara (Happy, Natural, Radiant ).
“Ilmu ini digunakan praktisi kesehatan di seluruh dunia untuk menemukan hal ideal bagi kesehatan tubuh melalui tes otot. Prinsipnya sederhana. Respon uji kinesiologi pada setiap input positif akan menguat. Bila tidak, terjadi sebaliknya. Secara sederhana disebutkan tubuh tidak pernah berbohong,” ujarnya.
Hanson berharap, setelah mengenal manfaat pangan lokal ini masyarakat lebih mencintai pangan nusantara, menghargai produk petani sendiri. Terlebih wisatawan mancanegara tertarik dengan pangan Indonesia yang membuat tubuh mereka sehat dan stamina kuat.
Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi menjelaskan, program konsumsi pangan lokal dan cintai produk petani ini dipastikan lebih banyak menjangkau banyak kalangan. Sehingga, konsumsi pangan impor semakin berkurang dan produksi pangan lokal semakin bergairah.
“Minat wisatawan mengonsumsi pangan lokal akan menggairahkan petani kita memproduksi lebih banyak dan lebih bagus lagi,” tuturnya.
Kasubdit Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli, I Wayan Pagel Sujana mengatakan, Bangli memiliki pangan lokal melimpah, yakni mulai dari kopi, jeruk, beras dan lainnya. Bangli juga menjadi daerah tujuan wisatawan Asing.
“Apabila dikelola dengan baik, produk dan pasarnya ini akan mensejahterakan masyarakat sekitar,” ucapnya.
Sementara itu Komang Sukarsana, petani kopi Kintamani yang aktif memasarkan kopi lokal untuk coffee shop, cafe, restoran, dan hotel di wilayah Bali hingga Jakarta mengatakan program ini potensi produk lokal yang luar biasa.
“Pangan lokal untuk stamina tubuh pasti diminati konsumen, banyak sekali manfaatnya,” paparnya.
Kegiatan yang sama dilanjutkan pada Sabtu (6/10) di Pura Ulundanu, Kintamani, Kabupaten Bangli, Sabtu siang di Pura Besakih dan Ahad (7/10) pagi di Pura Lempuyang Kabupaten Bangli. Peserta terapi pangan lokal untuk stamina tubuh diuji dengan kinesiologi baik di Bangli maupun Karangasem meliputi para pengelola pariwisata, tour guide, pelaku usaha pangan lokal, petani, tokoh adat dan pejabat Pemda setempat.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2BY0xwVBagikan Berita Ini
0 Response to "Uji Kinesiologi Pangan Lokal Tarik Minat Wisatawan di Bali"
Post a Comment