Search

Bayi Kembar Dempet Kepala dari Aceh tak Bisa Dipisahkan

Otak yang menyatu lebih dari 70 persen sehingga sangat berisiko.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bayi kembar siam dempet kepala (craniopagus) bernama Fitri Rahmawati (FR) dan Fitri Sakinah (FS) asal Kutacane Aceh Tenggara yang lahir 2 Mei 2015 tercatat sudah lima kali dilakukan operasi. Namun sampai sekarang belum berhasil dipisahkan.

FR dan FS kini sudah berusia tiga tahun lima bulan. Mereka pun telah tumbuh dan berkembang, bisa berjalan sendiri, bicaranya banyak dan pintar. Bahkan salah satu dari kedua anak tersebut score intelegensinya mencapai 127.

“Konsultasi internasional dilakukan kepada pakar bayi kembar siam craniopagus dari Amerika, Prof Goodrich, bahkan dia didatangkan ke RSUP Dr Sardjito," ujar Ketua Tim Medis Bayi FS dan FR, Prof Sunartini Hapsara, saat jumpa pers penanganan kembar siam dempet kepala yang berasal dari Aceh, di  Ruang Bulat RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Senin (15/10).

Mengutip Prof Goodrich, lanjut Sunartini, kondisi FR dan FS saat ini tidak sederhana, sangat kompleks, dengan otak yang menyatu lebih dari 70 persen sehingga sangat berisiko. Ia mengatakan penanganan bayi kembar siam itu sejak awal dirahasiakan dan baru disampaikan sekarang karena sudah seizin orangtua dan tim medis yang menangani.

Bayi FR dan FS anak pasangan dari SP (32 tahun) dan SH sebelumnya dirawat dan dilakukan tindakan di tiga rumah sakit. Antara lain RSUD Dr Zaenoel Abidin Banda Aceh, RSPAD Gatot Subroto, dan RSUP Dr Sardjito.

“Kolaborasi  tiga rumah sakit tersebut dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Tim Penanganan Bayi Kembar Siam atas nama FR danFS,” kata Sunartini.

Operasi sudah berjalan lima kali. Menurutnya, pada tahap pertama dilakukan di RSPAD Gatot Subroto (27 Juni 2015), kedua hingga kelima di RSUP Dr Sardjito  (25 Juli 2015, 8 Agustus 2015, 7 September 2015, dan 6 November 2015).

“Namun karena dari Komite Etik dan Tim Bioetka memberikan pertimbangan khusus yakni mengutamakan keselamatan bayi dan kedua anak diberi kesempatan oleh Allah untuk tetap hidup serta setiap tindakan selalu atas izin orangtua, maka kedua bayi tersebut tetap dipertahankan hidup dengan kepala dempet,” kata Sunartini.

Dikatakan, sejauh ini tim penanganan bayi kembar siam tidak menyerah untuk melakukan penanganan  yang terbaik bagi FS dan FR. Bahkan selama proses perawatan bayi FS dan FR mengalami perbaikan dan tidak ada kendala dalam hal proses tumbuh kembang.

“Atas ridlo Allah SWT, FS dan FR telah dapat berjalan sendiri, bahkan setengah berlari, bicaranya banyak dan apabila ditanya cepat menjawab,” ujarnya.

Menurut Penaggungjawab Penanganan Medis Bayi Kembar Siam FR dan FS, Endro Basuki, berdasarkan simulasi kasus kembar siam FR dan FS ini unik dan paling berat. Karena pembuluh darah di otak campur sehingga tidak bisa dipisahkan dan harus mengorbankan salah satunya, dan kemungkinan juga terjadi kecacatan.

Di samping itu, fungsi ginjal bayi FR dan FS yang satu kurang fungsional. Padahal ginjal yang fungsional akan mensuplay yang otaknya kurang fungsional.

‘’Kami sudah melakukan diskusi dengan para ahli dari Indonesia bahkan dari luar negeri. Allah sudah memberi hak hidup kepada kedua orang ini. Tindakan lima kali operasi telah membuat tulang di kepala mereka menjadi fleksibel dan mudah digerakkan dan membuat mereka bisa berjalan dan anak bisa tumbuh kembang dengan baik seperti halnya anak normal,” jelas Endro.

Endro menambahkan, hal itu tidak seberapa niatnya untuk menolong. “Kami juga mendapat pelajaran dari kedua  bayi kembar siam ini. Sehingga untuk kelanjutan hidupnya, FR dan FS harus ditangani dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.

Psikolog RSUP Dr Sardjito dan juga Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Indria Laksmi Gamayanti, menuturkan nilai intelegensia kedua anak tersebut cukup tinggi dan salah satu dari kedua kembar siam tersebut nilai intelegensinya 127.

"Mereka sudah bisa memilih mau pakai baju warna apa, sepatu seperti apa. Dan kadang keinginannya tidak sama," katanya.

Menurut Gamayanti, sejak  awal kedatangan FR dan FS, keluarga FR dan FS, pihaknya sudah melakukan pengamatan dan pendampingan terutama untuk menyiapkan orangtua dan kakak FR dan FS.  Demikian juga terhadap FR dan FS tim psikologi  selalu melakukan pemantauan perkembangan dan kondisi psikologis FR dan FS penanganan yang komprehensif.

"Psikoedukasi dilakukan untuk meningkatkan penerimaan orangtua akan keadaan anaknya dan proses adaptasi," jelas dia.

Diakui Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Darwito, atas kerja keras dari berbagai multidisiplin, bayi kembar FR dan FS bisa melampaui usia tiga tahun. Namun untuk kehidupan selanjutnya, FR dan FS harus beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, serta membutuhkan perawatan yang terbaik dan tentu saja biaya yang tidak sedikit.

Sehingga atas izin orangtua, maka kondisi ketiga anak ini bisa disampaikan kepada media massa. Menurut Darwito, sampai 11 Oktober 2018, donatur  yang masuk untuk penanganan FR dan FS sebesar Rp 550 juta, untuk pembiayaan operasional sekitar Rp 436 juta,  dan untuk biaya perawatan dan non operasionalsekitar Rp 1,9 miliar. Sehingga saldo minus Rp 1,8 miliar.

“Meskipun minim, tetapi RSUP Dr Sardjito sebagai rumah sakit pemerintah harusdan hadir dan ini menjadi kewajiban kami,” tuturnya.

Sebelum kembali ke Aceh, FR dan FS akan disiapkan dalam kehidupan yang normal di masyarakat dan masyarakat harus siap menerima, bagaimana menghargai hak-hak anak dengan tanpa melakukan diskriminasi. Untuk itu, Lembaga Pemberdayaan Anak (LPA) DIY akan menyiapkan tempat bagi FR dan FS agar bisa bergaul dengan anak-anak lain tanpa diskriminas dan tidak jadi objek atau diperlakukan yang berbeda.

Rencananya mereka akan disiapkan oleh LPA sekitar enam bulan. Setelah itu bisa kembali ke Aceh. Wakil Direktur Pelayanan Medik RSU Zaenoel Abidin Banda Aceh Rusdi Andib, sebelum FR dan FS kembali ke Aceh, pihaknya akan membawa tim ke RSUP Dr Sardjito untuk belajar dengan tim yang menangani FR dan FS supaya  FR dan FS bisa tumbuh dengan optimal.   

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2pQKZnz

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bayi Kembar Dempet Kepala dari Aceh tak Bisa Dipisahkan"

Post a Comment

Powered by Blogger.