REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) Prabowo Subianto pada Sabtu (22/9) menjadi pembicara utama acara "Ngobrol Bersama 300 Jenderal & Para Intelektual" di Jakarta. Dalam acara itu, Prabowo kembali menyitir narasi yang selama ini menjadi 'jualan' utamanya.
Prabowo menilai, kekayaan Indonesia saat ini hanya dikuasai oleh segelintir rakyat Indonesia. Karena itu, terjadi kesenjangan yang sangat jauh di masyarakat.
Padahal, menurut Prabowo, Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa. "Kekayaan bangsa kita hanya satu persen yang menguasai 45 persen kekayaan," kata dia, Sabtu (22/9).
Tak hanya kekayaan, ia menambahkan, kepemilikan tanah di Indonesia juga hanya dimiliki oleh sedikit orang. Prabowo mengklaim, 80 persen Indonesia dimiliki oleh satu persen rakyat.
Intinya, kata dia, telah terjadi ketidakadilan dalan kondisi sosial di masyarakat. Akibatnya, bangsa Indonesia menjadi lemah dan tidak bersaing secara ekonomi.
"Dibuktikan mata uang lemah. Mata uang lemah adalah cermin ekonomi yang lemah. Kalau ekonomi kuat, mata uang kita kuat," ucap dia.
Prabowo membandingkan dengan nilai tukar rupiah pada lima tahun silam. Menurut dia, ketika itu 1 dolar AS masih sekitar Rp 9.000, namun saat ini telah menembus Rp 15 ribu. Artinya, kata dia, ada sekitar dua per tiga kekayaan Indonesia yang hilang dalam jangka waktu lima tahun.
"Semua indikator yang ada menunjukan kita berada dalam kondisi tidak baik. Ini semua mengakibatkan kekuatan nasional kita rapuh," kata dia.
Prabowo juga menyoroti kelemahan militer Indonesia. Menurut dia, saat ini keadaan militer Indonesia sangatlah minim. Hal itu didasarkan pada pengakuan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
"Menhan (Ryamizard Ryacudu) sendiri mengatakan, kalau terjadi perang kita hanya perang tiga hari. Nanti kena reshuffle juga beliau," kata dia di Jakarta, Sabtu (22/9).
Ia mengatakan, amunisi militer Indonesia saat ini hanya mampu bertahan tiga hari jika terjadi perang. Padalah, menurut dia, Presiden Sukarno sebagai founding father selalu menitikberatkan kondisi angkatan perang meski pertumbuhan Indonesia saat itu masih lemah.
"Bukan kita mau sok jagoan. Tidak. Kita Angkatan Laut kuat untuk jaga laut kita. Kapal kita banyak, solarnya nggak ada," ujar dia.
Jika seperti itu terus, Prabowo mengatakan, Angkatan Laut Indonesia tak akan bisa mengatasi pencuri ikan yang selama ini menjadi masalah kedaulatan bangsa. Pasalnya, Indonesia memiliki perairan yang luas untuk dijaga.
Menurut Prabowo, jika ingin melihat rakyat Indonesia sejahtera, negara harus kuat menjaga sumber daya alam. Ia menegaskan, tak akan ada negara lain yang memberikan belas kasih kepada Indonesia bila tak mampu menjaga kekayaan alam yang melimpah.
"Jangan kita mengira ada bangsa lain yg mau kasihan sama kita. Bangsa lain ingin Indonesia pecah. Walaupun mereka gak mengakui," tuturnya.
Baca juga:
Prabowo pun mengingatkan rakyat Indonesia tidak terkesima dengan pembangunan infrastruktur yang dibanggakan pemerintah. Menurut dia, pemerintah yang berpihak pada bangsa sendiri bukan cuma mengurusi pembangunan infrastruktur.
Ia mengakui, pembangunan infrastruktur itu penting bagi sebuah negara. Ia pun tidak memungkiri Indonesia butuh infrasrtuktur yang masif.
"Tapi kita harus mengerti, insfrastuktur itu untuk apa?" kata dia.
Prabowo menjelaskan, pembangunan infrastruktur itu bisa dimaksudkan untuk dua tujuan. Pertama, infrastruktur menyalurkan barang produksi masyarakat ke pasar-pasar dalam negeri dan luar negeri.
Jika murni demi kepentingan masyarakat, Prabowo mengatakan itu sebagai hal yang penting. Namun, kata dia, infrastruktur juga bisa menyalurkan produksi asing ke kita. "Kita hanya sebagai pasar," tegas dia.
Karena itu, menurut dia, pemerintah tak sepenuhnya berpihak pada bangsa sendiri. Seharusnya, lanjut dia, pemerintah tidak hanya memikirkan infrastukur, tapi juga produksi dalam negeri.
"Untuk apa kelihatan lebih bagus? Jalan tol bagus, kalau mobil dan truk di jalan tol semua produk asing," ucap dia.
Ia menegaskan, pengelolaan ekonomi yang dilakukan pemerintah saat ini belum menyeluruh. Menurut dia, yang dibanggakan pemerintah hanyalah infrastruktur, sementara produksi dalam negeri tak dipikirkan.
"Waspada, jangan terkesima pembangunan fisik. Semennya dari mana, bajanya dari mana? Pabrik semen lemah, dan baja kita lemah, satu-satunya dijual," kata dia.
Saran pengamat
Analis komunikasi politik dari Lembaga Survei Kedai Kopi, Hendri Satrio menilai Prabowo Subianto perlu menghadirkan konten pesan komunikasi yang berbeda dari sebelumnya. Menurut Hendri, Prabowo perlu menghadirkan sesuatu yang segar dengan solusi-solusi yang disodorkan bagi permasalahan-permasalahan bangsa.
"Saran saya untuk Prabowo berubah, jangan lagi bicara konten nasionalisme, kekayaan negara harus dinikmati rakyat, iya itu betul tapi solusinya mana. Karena rakyat juga perlu solusi. Waktu panggung kosong bicara gitu bisa,sekarang panggungnya sudah ada isinya," tutur Hendri dalam sebuah diskusi publik, Kamis (20/9).
Beruntungnya, Sandiaga Uno mampu menambal konten pesan komunikasi yang belum tersampaikan oleh Prabowo. Menurut Hendri dengan gagasan Sandiaga Uno untuk meningkatkan ekonomi Ibu rumah tangga dan juga menasionalionalkan program Oke Oce menjadi jawaban yang ditunggu-tungu masyarakat. Hal itu pun memperkuat konten komunikasi yang disampaikan.
Tak sekadar itu, menurut Hendri, Prabowo pun perlu mengubah gaya berpakaian untuk memberi kesan yang berbeda. "Jokowi saja bisa ganti-ganti kostum, Prabowo ganti deh. Ini zamannya sudah beda tidak seperti 2014," katanya.
Dalam kesempatan itu Hendri juga mengkritisi gaya politik kubu Jokowi-Ma'ruf yang terkesan terus meniru langkah kubu oposisi. Hendri juga menyinggung prihal gaya Jokowi dalam mengkonter isu-isu ekonomi yang ditujukan padanya.
Menurutnya, untuk menjawab isu-isu tersebut Jokowi selalu menjawabnya dengan pencitraan melalui infrastruktur dan blusukan. Gaya tersebut pun menurut Hendri perlu menjadi bahan evakuask kubu Jokowi-Ma'ruf.
[video] Prabowo: Kekayaan tidak Menetes ke Bawah
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2MUgN4bBagikan Berita Ini
0 Response to "Narasi Berulang Kampanye Prabowo dan Saran Pengamat"
Post a Comment