REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Indonesia mengejar proses pembangunan hunian sementara bagi pengungsi gempa Lombok yang terjadi beberapa waktu lalu. Proses pembangunan berlangsung 24 jam.
"Pembangunan kami kerjakan siang dan malam dengan sistem gantian atau shift," ujar Direktur Global Humanity Response ACT Bambang Triyono dalam keterangan tertulis yang didapat Republika.co.id, Sabtu (1/9).
Pengerjaan hunian sementara ini dilakukan di Lapangan Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Sejak Senin (27/8) lalu, bangunan shelter telah terlihat bentuknya. Rangka yang akan menjadi tempat memasang tripleks tembok telah siap. Kusen dan jendela juga sudah ada, tinggal dipasang kaca dan pintu.
Bangunan yang kerap disebut Integrated Community Shelter (ICS) atau hunian sementara ini ditargetkan rampung dalam waktu kurang dari satu bulan. Pekerjaan pun dikebut agar pengungsi bisa tinggal di hunian yang lebih nyaman.
Tidak hanya bangunan untuk tinggal, di kompleks ini juga akan dibangun sekolah dan masjid. Fasilitas untuk mandi, cuci dan kakua pun mulai terlihat di sisi hunian sementara.
Hunian sementara ini nantinya berukuran 3x4,75 meter. Berisikan satu kamar tidur dan satu ruang keluarga. Satu rumah akan diberikan kepada satu KK yang bisa diisi hingga enam orang.
"Penentuan pengungsi yang dapat hunian sudah dimusyawarahkan dengan tokoh setempat. Kriterianya yaitu keluarga yang tanpa kepala keluarga, keluarha dengan balita, dan keluarga dengan penyandang disabilitas," kata dia.
Penanggung jawab pembangunan ICS ACT Muhammad Noor Shalikhin menyebut masjid yang akan dibangun nantinya diletakkan di tengah lapangan Gondang. Masjid ini berukuran 15x15 metwr dan mampu menampung hingga 130 jamaah.
Untuk keperluan pendidikan pun siap dibangun dalam waktu satu bulan ke depan. Sekolah yang dibuat akan berdiri dengan tiga kelas.
"Dapur umum kita buat dengan ukuran 14x6 meter," ujar Noor.
MCK yang terdapat di setiap sisi kompleks ICS dibuag dengan baja ringan. Bahan ini dipilih karena dapat bertahan jika terkena air. Sementara untuk shelter dibangun dengan bahan kayu lokal. Pemilihan ini menjadi salah satu cara memberdayakan masyarakat sekitar Lombok Utara.
"Dindingnya dari tripleks, atapnya seng go green. Setiap unit shelter sementara ini dibuat untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada penghuninya. Pun agar masyarakat tidak merasa panas," kata dia.
Pekerja yang membangun ICS berasal dari pengungsi setempat dan beberapa bantuan dari luar Lombok. Pembangunan ditargetkan selesai satu bulan usai peletakan batu pertama. Hunian sementara ini bisa digunakan sebagai tempat tinggal antara tiga samlai lima tahun sambil para pengungsu mendapat bangunan tetap untuk tempat bernaung.
Pembangunan shelter sementara ini dimulai Ahad (19/8) kemarin. Kini persentase pembangunan ICS memasuk8 30 persen. Korban gempa Lombok sendiri kini sedang memasuki fase pemulihan sejak 26 Agustus. ACT pun berencana membantu dan merangcang pemulihan ekonomi mereka.
"Awal harus dipenuhi kebutuhan logistiknya seperti pembangunan tempat tinggal. Selanjutnya pemulihan ekonomi sebagai salah satu cara membangkitkan kehidupan bagi para pengungsi," ucap Presiden ACT Ahyudin.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2LIIHiUBagikan Berita Ini
0 Response to "Bangunan Hunian Sementara Dibuat untuk Korban Gempa Lombok"
Post a Comment